Talking or Writing ?

talking-fingers-72dpi

Dear my blog 🙂

Teman saya pernah bertanya kepada saya bagaimana membuat tulisan yang baik, well sepertinya dia tidak bertanya kepada orang yang tepat karena seperti yang ada pada blog ini tulisan yang saya buat tidak cukup banyak untuk bias dikatakan penulis :). Beberapa orang pernah bilang bahwa dia dapat menghabiskan buku dengan tebal yang hampir semua dengan semua slide kuliah mereka dalam 1 semester hanya dalam beberapa hari :), ada juga yang bilang membaca jauh lebih menyenangkan dibanding menonton film atau melihat gambar yang lebih atraktif dari sebuah cerita. Katanya itu membuat mereka lebih leluasa memfantasikan gambar dan efek yang mereka inginkan, biasanya orang-orang seperti ini menjadi orang yang pertama kali berkomentar ketika ada sebuah novel atau buku yang di filmkan, mereka akan bilang “ah ga sesuai ekspektasi gua ni ga kayak di novel” atau “ga asik ah, ngerusak imajinasi gw ni nyesel nonton”, dan bla bla bla.. ini sangat normal, mereka yang mengapresiasi fantasi mereka terhadap sebuah cerita sepertinya seolah menjadi berhak menentukan bagaimana seharusnya emosi dari sebuah adegan perpisahan misalnya, atau ketika sang aktor diceritakan oleh penulis dengan semua ciri fisik dan perilaku spesifiknya, banyak orang akan berpendapat hal lain ketika karakter itu di filmkan. Mungkin hal ini yang membuat industry novel dan cerita lainnya bertahan dan mendapatkan banyak uang hingga sekarang. Penulis yang mampu membuat pembaca masuk kedalam cerita dan memfantasikan semua aspek isi cerita dengan baik akan mendapatkan banyak penggemar.

Ketika saya mendengar kata penulis, maka hal pertama yang saya bayangkan adalah seseorang yang mampu menulis dengan baik. Dengan baik berarti misalnya telah membuat buku, membuat cerpen, jurnal dan mungkin seseorang dengan jumlah tulisan yang cukup banyak pada blognya. Mereka yang melakukanya karena hobi atau memang karena pekerjaan. Atau bisa jadi keduanya, pekerjaanya adalah hobinya begitu juga sebaliknya, like every success men said in the motivation seminar :). Bagi seorang penulis (dengan definisi seseorang yang hanya bias menulis tanpa akhiran kata baik atau buruk 🙂 ) sebelum memulai sebuah tulisan, biasanya hal pertama yang saya bayangkan adalah seperti bagaimana awalnya lalu seperti apa berkahirnya. Saya sering melakukannya dulu, menurut saya dulu ketika kita membuat tulisan ceritanya harus seperti sebuah adegan yang berawal dan berakhir dengan jelas, paling tidak ceritnya bisa dipahami dan membuat saya tidak terlihat bodoh karena tulisan itu. Ini seperti ketika anda bercerita kepada teman anda mengenai sebuah kejadian yang anda alami, akan ada bagian awal dan akhir yang idealnya adalah sebuah akhiran yang tidak biasa,paling tidak membuat suasana menjadi berbeda dari sebelum anda bercerita. Karen itu berarti kejadian yang anda alami merupakan sebuah kejadian yang cukup menarik. Hal ini mungkin yang membuat saya tidak terlalu sering akhirnya dulu menulis (walaupun sekarang tidak jauh berbeda 🙂 ) dan memilih untuk mengekspresikan yang saya rasakan dengn berbicara. Yap I think I am a good speaker at least for my self :). note : ini bukan berarti saya adalah orang yang banyak bicara pada semua kesempatan, ini hanya tentang saya lebih menyukai menyampaikan ide dan pemikiran saya lebih spesifik dengan tambahan emosi yang saya harap dapat mempekuat dan memperjelas apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. There are a lot of think that make me prefer to talking that writing to express my emotion, but sometimes I also write to make that. Mungkin saja saya melakukan ini karena saat ini saya belum berhasil mendapatkan style menulisa yang mempu menerjemahkan secara utuh apa ingin saya sampaikan. Bias jadi memang kadang menuisa membutuhkan lebih banyak usaha dibandingkan hanya berbicara. Misalnya ketika saya menulis ini paling tidak saya harus mengetiknya pada keyboard :).

Seperti yang saya sampaikan pada bagian awal, sebuah ide, cerita atau mungkin gagasan yang menjadi tulisan sebenarnya mungkin memang jauh lebih baik karena setiap orang bias membayangkan dengan bebas tulisan yang mereka baca. Bias jadi ini gaya tulisan seseorang menjadi sebuah karakter atau kepribadian penulis, atau bahkan menjadi sejarah. Ya, saya rasa saya tidak perlu menyebutkan banyak kisah luar biasa yang bertahan sampai saat ini karena ia ditulis oleh seseorang, tidak hanya dibicarakan. Saya akui saya tidak begitu suka membaca novel dan komik, bagi saya, paling tidak sampai saat ini saya lebih suka melihat cerita itu bergerak, berwarna,dan membiarkan sutradara menceritakan dengan detail tiap aspek dari keseluruhan bagian cerita yang ingin disampaikan. That’s why maybe for now I prefer to talking then writing, (but I am writing now 🙂 ). Saya mungkin terlalu kontemplatif, esensialis, dan beranggapan bahwa pada komunikasi yang saya lakukan harus mencakup keseluruhan cara yang bisa saya lakukan untuk memperjelas apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Kalimat yang keluar, gerakan, intonasi, emosi, mimik, gesture, pandangan mata dan semua aspek yang mungkin dapat mendukung komunikasi yang baik menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam penyampaian ide atau pesan yang ingin saya sampaikan. Mungkin hal ini akan membuat saya terlihat membandingkan 2 hal berbeda yaitu menulis dan berkomuniasi dimana menulis merupakan bagian dari komunikasi dan tidak sebaliknya. Mungkin ada benarnya, tapi ini tulisans saya, I have full privilege to this work :).

Bagian paling menyenangkan dalam berbicara (berkomunikasi) menurut saya adalah ketika kita bisa memberikan emosi yang utuh dalam pesan yang kita sampaikan. Seperti pada banyak adegan-adegan perpisahan di film. Saat seorang anak kecil di film Huge misalnya mengatakan I don’t understand why father died, matanya mengalirkan air mata, biibirnya gemetar, wajahnya lesu, sangat emosional. Saya suka sekali bagaimana sebuah kalimat apapun kalimatnya menjadi seperti memiliki banyak sekali pesan mendalam dan sangat emosional sehingga orang yang mendengarnya juga akan memahaminya tidak hanya melalui telinga mereka namun juga hati mereka. Ahh terlalu banyak adegan di semua film yang pernah saya lihat untuk diceritakan tentang bagaimana sebuah kalimat yang keluar dari seseorang bias menjadi begitu kuat dan mempengaruhi emosi pendengarnya. Sebernya banyak sekali yang ingin diceritakan, terutama tentang mengapa saya begitu menyukai hal ini dan tentang saya memaknainya.
But, I will continue later, its 01.00 Am now I shold go to sleep. Bye 🙂

Leave a comment